Ibu Dra. Hj. Siti Laila, M. Pd, Kepala SMA/SMK Terbaik Energy Challenge 2012

Puncak Penganugerahan Energy Challenge  2012 yang digelar di Bappeko Surabaya, Sabtu (5/5), menjadi momen berharga bagi SMA Negeri 21 Surabaya.

Tidak hanya penghargaan level Perak yang didapat sekolah yang berlokasi di Jl. Argopuro Surabaya ini. Kepala SMA Negeri 21 Siti Laila juga mendapat penghargaan sebagai Kepala SMA/SMK Terbaik Energy Challenge 2012.

 

Penghargaan sebagai Kepala SMA/SMK Terbaik Energy Challenge2012 itu diterima Siti Laila atas keteladanan dalam upaya penghematan energi di sekolah. Keteladanannya juga patut dijadikan contoh bagi guru dan siswa SMAN 21 dan sekolah yang lainnya.Ada beberapa kiat-kiat yang dilakukannya sebagai usaha untuk menurunkan meteran listrik di sekolahnya. Kiat pertama yang dilakukan adalah dengan cara sosialisasi kepada seluruh warga sekolah dan didukung oleh komitmen yang kuat dari segenap warga sekolah.

 

Diperkuat dengan kedatangan Dillon Green dari Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, seksi lingkungan hidup, sains, teknologi dan kesehatan.“Sosialisasi dan membangun komitmen adalah langkah awal dan diperkuat oleh kedatangan Mr. Green pada bulan januari untuk bersama warga sekolah mengaudit peralatan listrik yang digunakan di sekolah,” ujar Siti Laila. Jadi, tidak hanya dikuatkan secara teori tetapi praktek juga.

Implementasi dari sosialisasi merupakan kiat-kiat selanjutnya yang diterapkan oleh Siti Laila. Salah satunya adalah dengan menempelkan slogan di setiap ruangan termasuk ruang kepsek. Slogan tersebut berisikan tentang hemat listrik. Semua kegiatan yang dilakukan di SMAN 21 adalah kebijakannya selaku kepala sekolah dan didukung segenap warga sekolah.

 

Kedekatan Siti Laila dengan siswanya membuat tidak ada jarak antara siswa dan kepala sekolah. Segala kegiatan yang berhubungan dengan hemat energi selalu mendapat dukungan penuh dari Siti Laila. Seperti kegiatan pembuatan poster dan mural hemat energi yang  digunakan untuk mengampanyekan penghematan energi kepada warga sekolah dan masyarakat sekitar sekolah.

Berdasarkan pengalamannya pada program Surabaya Eco School sebelumnya, Ia merasa bahwa Energy Challenge sebagai program kelanjutan. Sehingga kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan hidup selalu mendapat dukungan penuh.

“Peralatan elektronik pun ditata sedemikian rupa sehingga tidak ada pemborosan listrik. Contohnya pemakaian dispencer, tidak semua dispencer dicopkan ke listrik. Dari semua dispencer yang ada di sekolah, hanya 1 yang dicolokkan ke listrik. Yang lainnya netral,” ujar Siti Laila. Dari impelemtasi tersebut akibatnya terjadi penurunan meteran listrik.

Munculnya ide mengenai upaya penghematan listrik berawal dari keteladanan yang dicontohkan Siti Laila. Sebagai kepala sekolah, dia tidak segan untuk praktek langsung. “AC dan lampu saya yang kontrol setiap sore usai pulang sekolah dibantu oleh karyawan tata usaha dan satpam. Sehingga muncul kerjasama dari semua pihak. Setiap pulang sekolah selalu ada himbauan untuk mematikan lampu dan AC melalui pengeras suara sekolah.

Rekayasa teknologi hemat energi juga diterapkan Siti Laila di sekolahnya. Di semua toilet sekolah, khususnya toilet siswa, sudah tidak pernah lagi dijumpai adanya pemborosan listrik. Pasalnya, di masing-masing toilet itu sudah dipasang saklar otomatis. “Bila pintu toilet dalam keadaan tertutup, maka  lampu di dalam toilet akan otomatis menyala. Bila tidak tertutup maka lampu akan otomatis mati,” Ujar Siti Laila.